Story of Muzfa Ge Rozha
- Part 001 - Bumi Tahun 9013 -
Penulis : Andi Akbar Muzfa SH (Piymen Hukum)
Awal kisah ini bermula saat Bumi mencapai puncak kejayaannya di tahun 9013, manusia terlibat perang melawan mahluk luar angkasa yang hendak menguasai Bumi. Perang besar antara mahluk luar angkasa dengan penduduk bumi dikenal dengan Perang Ge Rozha. Perang yang berlangsung selama 13 tahun tanpa henti yang telah menelan ratusan juta korban jiwa baik dari pihak manusia (penduduk asli bumi) maupun mahluk luar angkasa (pendatang).
Hancurnya Planet Tistar
Awal mula mahluk luar angkasa mendiami bumi berawal dari ledakan besar yang terjadi di Galaksi Ringstar sekitar 2000 tahun lalu yang berjarak cukup dekat dari galaksi tempat bumi berada, saat itu hantaman meteor besar menghantam salahsatu planet terbesar digalaksi itu dan mengibatkan ketidakstabilan rotasi antar planet-planet hingga terjadilah ledakan besar yang menghancurkan beberapa planet didalamnya, salahsatunya adalah planet Tistar.
Peradaban Planet Tistar sudah terbilang sangat maju ketimbang Bumi kala itu, meskipun pelanet Tistar hancur berkeping-keping namun tidak semua penghuni planet Tistar ikut musnah, banyak penghuni Planet Tistar yang berhasil menyelamatkan diri dengan pesawat ruang angkasa T28i, pesawat super canggih buatan ilmuan pelanet itu.
Terdampar diluar angkasa, akhirnya penghuni Planet Tistar mencari tempat hunian baru untuk bertahan hidup, hingga tibalah mereka di Planet Bumi yang memiliki struktus planet yang sangat mirip dengan pelanetnya.
Penduduk Planet Tistar Menuju Bumi
Setibanya di bumi, penduduk planet Tistar mendapat penolakan keras dari penduduk Bumi, dan memicu ketegangan yang nyaris berbuah perang, namun perselisihan dan penolakan itu tidak berlangsung cukup lama berkat perjanjian yang disepakati kedua belah pihak, penduduk bumi akhirnya memperbolehkan penduduk Planet Tistar mendiami bumi dengan beberapa syarat yang dikenal dengan Perjanjian “Ikrar Tinabu tahun 7033”.
Untuk membedakan ras antara pendatang dan penghuni bumi asli maka Penduduk Planet Tistar yang hijrah ke bumi menamai dirinya dengan sebutan penduduk “GeTistar” sedangkan penduduk asli Bumi menyebut dirinya “GeBumi” atau penduduk asli Bumi. Hingga tak terasa 2000 tahun berlalu, penduduk Getistar dan GeBumi mulai saling membuka diri, bersosialisai dan hidup dengan damai.
Dari segi penampilan fisik, penduduk GeTistar memiliki beberapa keunikan anggota tubuh tersendiri, cirri-ciri yang sangat menonjol adalah warna bola matanya yang berwarna hijau dan daun telinga yang agak lancip ke atas, maklumlah mereka ini adalah mahluk luar bumi yang telah beradap tasi dengan iklim Bumi, jadi perlahan secara keseluruhan bentuk fisiknya tidak jauh berbeda dengan manusia asli Bumi.
Pecahnya Perang Ge Rozha Pertama
2000 Tahun berlalu sejak kedatangan Penduduk GeTistar ke Bumi ternyata tidak selamanya berjalan sesuai dengan harapan, meski telah ada kesepakatak dari kedua belah pihak “Ikrar Tinabu ditahun 7033” tentang aturan pendatang dan penduduk asli bumi, namun tidak menutup kemungkinan akan terjadi percikan konflik dari kedua belah pihak, terutama tentang isi perjanjian Ikrar Tinabu poin pertama yang menegaskan bahwa “Penduduk Luar angkasa (GeTistar) tidak boleh menikahi dan memiliki keturunan dari penduduk asli Bumi (GeBumi)”.
Namun siapa yang dapat menahan arus waktu dan menekan gejolak asmara selama 2000 tahun lamanya, hingga ada beberapa penduduk GeTistar yang ternyata diam-diam menjalin hubungan cinta dengan penduduk GeBumi bahkan telah memiliki keturunan.
Perkawinan dua darah berbeda ini sangat ditentang sejak kedatangan Penduduk GeTistar ke Bumi, asalan yang sangat mengemuka saat itu adalah ancaman kepunahan penduduk asli bumi akibat dari penggabungan dua jenis darah yang berbeda, hingga tidak menutup kemungkinan beribu-ribu tahun kedepan penduduk asli bumi akan benar-benar punah dan digantikan dengan orang-orang belasteran yang tidak lagi berdarah manusia asli Bumi.
Perang akhirnya pecah, ketika Presiden Bumi menyatakan perang dengan penduduk GeTistar ditahun 9000 akibat dari banyaknya penduduk GeTistar yang melanggar aturan dan menikahi Penduduk GeBumi.
Perang Ge Rozha dan Anak Siluman
Anak-anak yang lahir dari hasil hubungan terlarang Penduduk GeTistar dan GeBumi di anggap sebagai anak Siluman, mereka menyebutnya dengan sebutan Ge Rozha yang artinya Anak Keturunan Terlarang.
Tujuan dari perang yang di kumandankan oleh Presiden GeBumi terhadap Penduduk GeTistar adalah untuk memusnahkan keturunan-keturunan Anak siluman yang lahir dari hubungan terlarang antara Penduduk GeTistar dan Penduduk Gebumi. Perang perlangsung sangat dramatis, peralatan-peralatan tempur moderan menghiasi medan pertempuran diperbatasan kedua kubu.
Perang Ge Rozha Pertama membara dan telah menelan jutaan korban jiwa dari kedua kubu, namun yang menjadi pembahasan menarik disini adalah, ternyata penduduk GeTistar diam-diam melindungi seluruh anak-anak Siluman yang merupakan target utama dari Penduduk GeBumi. Bagi penduduk GeBumi Anak-anak Siluman hasil hubungan terlarang ini merupakan aib yang harus dimusnahkan demi keselamatan ras murni manusia dimasa yang akan datang.
Pemusnahan Anak Siluman (Ge Rozha)
Jumlah Anak siluman yang lahir dari hubungan terlarang tersebut telah mencapai ribuan orang, dan ironisnya informasi ini dirahasiakan oleh pihak penduduk GeTistar terhadap penduduk asli GeBumi, hal inilah yang memicu semakin tebalnya kebencian penduduk GeBumi karena telah menganggap penduduk GeTistar menghianati perjanjian 2000 tahun lalu.
Puncak pertempun menemui klimaksnya saat pukul 02:00 dini hari, tepatnya 13 januari 9013. Ledakan besar menggema, serangan militer GeBumi yang dikomandoi jenderal Jendral Rhemond bersama ratusan ribu pasukan tempurnya berhasil meluluh lantakkan basis pertahanan militer GeTistar, ribuan pesawat tempur menari-nari diatas langit Negeri GeTistar, yang seketika merubah pemukiman penduduk menjadi rata dengan tanah.
Sangat sulit membedakan antara puing-puing bangunan dengan serpihan-serpihan mayat yang berserakan, meski demikian para militer GeTistar tetap percaya bahwa langkah yang mereka telah pilih untuk melindungi anak Siluman (Ge Rozha) bukanlah merupakan pilihan yang keliru, sebab mereka semua lahir dari separuh darah daging mereka.
Serangan udara terus berlangsung hingga pagi hari, terowongan berlapiskan baja setebal 10 meter menjadi tempat pengungsian terakhir para anak-anak Siluman (GeRozha) setelah sebelumnya roket berukuran 30 meter menghantam pengungsian mereka beberapa hari yang lalu dan menelan korban yang tidak sedikit, baik dari penduduk GeTistar dan Anak-anak Siluman Ge Rozha.
Rapat darurat para petinggi militer yang dipimpin langsung oleh Presiden GeTistar Tuan Rendy Andiwi akhirnya melahirkan keputusan yang sangat berat, bahwa Presiden GeTistar Rendy Andiwi memerintahkan seluruh panglima militer untuk menarik seluruh pasukannya dilapangan dan menyatakan menyerah terhadap penduduk GeBumi.
Penduduk GeTistar Meninggalkan Bumi
Setelah menyatakan menyerah, presiden GeTistar Tuan Rendy Andiwi dan seluruh penduduknya bersedia meninggalkan Bumi untuk menghentikan perang yang sudah menelan banyak korban dari kedua belah pihak dengan satu syarat, bahwa Penduduk GeTistar akan meninggalkan Bumi dengan catatan akan membawa seluruh Anak Siluman (Ge Rozha) untuk ikut dengannya.
Presiden GeBumi Asrul Gunawan akhirnya menyetujui langkah-langkah yang diambil oleh Presiden GeTistar, dan akhirnya seluruh Penduduk GeTistar dan anak-anak Siluman (Ge Rozha) bertolak meninggalkan bumi.
Kemana mereka setelah meninggalkan Bumi?
- Jika harus meninggalkan bumi, kemanakah tujuan Penduduk GeTistar berikutnya?
- Bagaimanakah nasib para Anak-anak Siluman (Ge Rozha) yang ikut bersama mereka?
- Seperti apakah kelanjutan kisahnya? Silahkan tunggu mimggu depan…